Sabtu, 01 Desember 2012

Tidak Zamannya Lagi Punya Banyak Anak

Banyak anak banyak rezeki, itu dulu dari mana ungkapan ini bisa muncul. Dasarnya apa, sehingga ada orang yang pertama kali mengungkapkan hal semacam ini. Dalam sebuah kerajaan, lebih sempit di tembok keraton pada masa lalu, pada umumnya raja punya banyak selir.


Tujuannya bukan semata - mata untuk memuaskan h45r4t l1b1d0 sang raja dan menunjukkan kekuasaan yang "mahabesar", tetapi ada kepentingan politik. Dengan permaisuri ditambah selir yang banyak, lahirnya anak - anak yang banyak pula. Inilah yang diharapkan menjadi benteng bagi kekuasaan. Karena kemudian raja menempatkan anak - anaknya di berbagai posisi strategis, untuk pengamanan kekuasaannya.

Tetapi yang juga lebih membuktikan adalah, bahwa anak - anaknya sering terlibat dalam perebutan kekuasaan. Meski yang berhak menjadi raja adalah putra permaisuri, tak jarang anak - anak dari selir merebutnya, hingga terjadi pertumpahan darah. Inikah "banyak rezeki" itu? Tentu saja malahan sangat bertentangan.

Demikian halnya dengan masyarakat pada umumnya. Tentu kalau orang biasa punya banyak anak bukan untuk membentengi kekuasaan, tetapi antara lain karena konsep usang itu, "banyak anak banyak rezeki, anak lahir akan membawa rezekinya sendiri". Padahal bapak ibunya bingung setengah mati untuk memenuhi kebutuhan hidup bagi keluarga yang banyak sekali itu. Dari kebutuhan makan, pakaian, kesehatan, hingga sekolah yang sekarang semuanya mahal.

Dalam sebuah siaran di TVRI, Ketua Koalisi Kependudukan Jateng, Dr Saratri Wilonoyudho mengatakan, sudah tidak zamannya lagi keluarga dengan banyak anak. Meskipun keluarga itu kaya yang bisa memenuhi kebutuhan anak - anak dan keluarganya, tetapi sebenarnya sudah turut serta membantu membuat kesesakan dunia.

Tentu ini benar adanya. Di Indonesia, keluarga ideal adalah ayah, ibu dan dua anak. Kalaupun rumahnya sempit, masih cukup ruang untuk empat orang. Kalau anak sampai lebih dari itu, ruang juga makin terbatas. Ruang di rumah orang kaya mungkin luas, tetapi menambah sesak juga di jalan, karena kalau anaknya lima, mobilnya tujuh (termasuk ayah, ibu) juga akan menyesakkan jalan raya dan bisa memacetkan lalu lintas.

Kita harus mampu menciptakan sebuah citra (image) bahwa punya anak banyak itu adalah warga yang tidak bertanggung jawab. Punya anak lebih dari dua merupakan dosa sosial karena hanya menyesakkan dunia, meskipun mampu memberikan pemenuhan kebutuhan. Alangkah baiknya kalau anaknya dua saja, hartanya berlimpah, bisa membantu orang miskin.

Nah, mungkinkah kita bisa menciptakan kondisi seperti ini. Menghapus ungkapan lama "banyak anak banyak rezeki" yang nyata - nyata tidak bisa dibuktikan. Justru banyak anak malahan menambah masalah, baik masalah ekonomi, sosial, psikologis, dan sebagainya.

Mari kita mulai, dan para pejabat publik jadilah contoh, sehingga masyarakat bisa menjalani dengan ikhlas karena sudah diberi teladan oleh pejabat. Dua anak pasti lebih baik, maka KB adalah pilihan wajib bagi warga yang ingin menyejahterakan keluarganya dan memajukan bangsanya.

0 komentar :

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cheap international calls