1. Jenazah Uje diantar ribuan orang
Uje memang bukan sembarang dai. Hal ini terlihat dari para pengantarnya yang mencapai ribuan orang.
Ribuan orang rela meluangkan waktu untuk menghantarkan jenazah Uje ke tempat peristirahatan terakhirnya di TPU Karet Tengsin, Jakarta Pusat. Salawat nabi dan semua puji-pujian dilafalkan oleh para pengantar sampai ke pemakaman. Siapa yang tiba-tiba mengumpulkan ribuan orang tersebut tidak lain adalah Allah.
Mulai dari keluarga, jemaah, sampai warga setempat ikut mengantarkan kepergian ayah empat anak itu. Suasana duka sangat terlihat. Hampir semua yang mengangkat jenazah terlihat meneteskan air mata. Istri almarhum, Pipik, yang mengenakan gamis serta jilbab hitam, tak berhenti menangis. Matanya sembap. Sedangkan putri pertama Uje, Adiba Khanza, terlihat di samping ibunya ketika jenazah akan dimasukkan ke liang kubur. Ibu dan anak itu sesenggukkan.
2. Uje meninggal di Hari Surga
Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Barat menyebut Ustaz Jeffry Al-Buchori meninggal dalam keadaan syahid. Sebabnya Ustaz Uje, demikian ia disapa, meninggal pada hari Jumat atau hari surga.
Ketua MUI Jawa Barat KH Hafid Utsman menuturkan ciri-ciri masuk surga itu Tuhan memanggilnya pada hari Jumat.
"Kepergian Uje ke Rahmatullah itu bagus menurut agama sebab di hari Jumat. Jumat seperti hari surga atau syahid," katanya di Bandung, Jumat (26/4).
Meski demikian, kata dia, pada dasarnya tidak ada hari yang buruk. Namun Jumat adalah hari yang baik. "Insya Allah Ustaz Uje masuk surga," jelasnya.
3. Meski meninggal, Uje tetap memberi manfaat
Banyaknya pelawat yang berdatangan ke makam Ustaz Jeffry di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Karet Tengsin, Blok A II, Jakarta Pusat mendatangkan keuntungan bagi para pedagang. Pedagang dadakan tersebut sengaja datang ke area sekitar makam Uje untuk berjualan.
"Pas saya dengar berita meninggalnya Uje, saya langsung ke sini. Saya tahu bakal ramai nih. Makanya saya dagang di sini," kata Hendry (31), pedagang minuman saat ditemui TPU Karet Tengsin, Sabtu (27/4).
Pria asal Lampung ini mengaku mendapat untung berlipat sejak berjualan dari kemarin. Jika dalam sehari, dirinya bisa menjual tiga galon es teh, maka di depan makam Uje, sebanyak tiga galon sudah habis dalam waktu setengah hari.
Keuntungan besar tidak hanya ditangguk oleh pedagang makanan dan minuman, loper koran pun memanfaatkan kedatangan para peziarah ke makam Uje. Salah satunya seperti yang dilakukan Hamsir (60).
"Saya emang sengaja datang ke sini. Biasanya saya mangkal di Slipi. Banyak orang yang beli koran yang gambar depannya Uje," ujar pria yang biasa disapa Bang Kumis ini.
Meski telah meninggal Uje masih memberikan manfaat bagi sesamanya.
Source
0 komentar :
Posting Komentar