Rabu, 29 Februari 2012
CR7 Menjauh dari Kejaran Messi dan RVP dalam perebutan sepatu emas eropa
kirana's blog
No comments
CR7 semakin menjauhi rivalnya, Lionel Messi dan Robin van Persie dalam perebutan sepatu emas eropa.keduanya yang sama-sama gagal menyarangkan gol pekan ini, sementara satu saingan lainnya, penyerang klub Estonia, JK Trans Narva, Aleksandrs Cekulajevs sudah harus mengakhiri kompetisi domestiknya.
Sementara di tempat lain, Burak Yilmaz mencetak tambahan dua gol dalam kemenangan klubnya Trabzonspor 4-1 atas Gaziantepspor, dan membuat penyerang Turki itu kini mendekati torehan gol RVP - julukan Van Persie.
Keikutsertaan Seydou Doumbia di Piala Afrika bersama Pantai Gading membuat pencapaian penyerang CSKA Moscow itu disamai Mario Gomez dari Bayern Munich, sementara dua gol Wayne Rooney ke gawang Liverpool memastikan penyerang Manchester United itu merangsek ke daftar 10 besar pekan ini.
Sejarah dan Sistem Penilaian Sepatu Emas Eropa:
Di musim 1967-1968 majalan sepak bola Prancis, L'Equipe berinisiatif memberikan penghargaan pada pencetak gol papan atas di semua liga Eropa atas performa mereka sepanjang musim. Dalam kurun waktu antara 1968 hingga 1981, beberapa nama tenar macam Eusebio, Gerd Muller, Ian Rush dan Marco van Basten pernah memenangi trofi bergengsi ini.
Meski demikian, gap antara liga besar dan kecil mulai berkembang serta membesar di awal 90-an sehingga L'Equipe memutuskan untuk membuat kompetisi ini menjadi tak resmi menyusul protes Asosiasi Sepak Bola Siprus (CFA) mengajukan protes di tahun 1991. Darko Pancev (Red Star Belgrade) memenangi penghargaan sepatu emas pada tahun tersebut dengan 34 golnya, namun CFA mengklaim ada pemain yang mencetak 40 gol di Liga Siprus pada saat itu.
Adidas, sponsor penghargaan ini masih memberikan trofi hingga tahun 1996 sebelum majalah-majalah olah raga Eropa - ESM (dengan L'Equipe adalah salah satu anggotanya) memutuskan untuk kembali menjalankan kompetisi dengan resmi. ESM membagi liga di benua biru tersebut ke dalam tiga kelompok berdasar kekuatannya, dan mengalikan bobot liga tersebut ke dalam jumlah gol seorang pemain untuk mendapatkan ratingnya. Peraih sepatu emas Eropa kemudian tak lagi diberikan pada mereka yang menjadi top skorer, melainkan pada pemain yang meraih poin terbanyak.
Penentuan bobot ini didasarkan pada ranking liga bersangkutan pada koefisien UEFA, atau dengan kata lain pada pencapaian klub di liga tersebut pada kompetisi Eropa selama lima musim sebelumnya. Gol yang dicetak dalam lima liga teratas pada koefisien UEFA dikalikan dengan 2, gol dari liga ranking 6 hingg 21 dikalikan dengan 1,5 sementara liga lainnya hanya dikalikan 1.
Penilaian ini mencegah pemain yang berlaga di liga yang lebih kecil mendapatkan trofi sepatu emas, karena gol yang dicetak di liga macam Armenia, Estonia atau Azerbaijan, berbobot lebih ringan dari Serie A, La Liga, Bundesliga atau Liga Premie
0 komentar :
Posting Komentar