Sabtu, 25 Februari 2012

Kehidupan Pengamen dan Anak Jalanan Yogyakarta

Kehidupan Pengamen dan Anak Jalanan Yogyakarta
pernahkah anda berpikir,lebih hebat manakah kita dengan anak jalanan dan pengamen di yogyakarta??apakah kita lebih hebat??



Mungkin bila kita melihat orang jalanan / pengamen yang selalu yang ada di benak kita adalah anak kita yang kotor, kumuh, dan nakal.

Memang semua itu benar, tapi ada suatu hal yang lebih berharga di balik semua itu,Anak jalanan /pengamen mempunyai suatu keistimewaan yang tidak kita miliki. Apa keistimewaannya? Tiap hari mereka mampu melawan kekejaman kehidupan hanya untuk 1 tujuan yaitu mencari uang untuk hidup 1 hari. walaupun yang didapat sedikit namun mereka tetap bersyukur dan tak mengenal kata “putus asa” untuk kembali berjuang pada hari-hari selanjutnya. Namun bagaimana dengan kita? Kita tidak tiap hari merasakan kekejaman dunia, hanya pada waktu tertentu saja namun lebih parahnya kita selalu gampang berputus asa bila mengalami kegagalan dan yang lebih parahnya lagi kita tidak pernah mensyukuri apa yang kita punyai saat ini. Sekarang lebih hebat manakah ?kita atau anak jalanan?

Berangkat dari pengalaman melihat realitas, mendengar dari para pakar dan membaca dari pemberitaan media bahwa masalah yang dihadapi anak jalanan sangat kompleks dan rumit. Dari latar belakang mereka ke jalan, situasi yang penuh ancaman kehidupan jalanan, serta berbagai bentuk depresi sosial ekonomi, kultural dan psikologis. Semua itu saling terkait membangun pola perilaku dan kematangan emosi bagi anak2. . Bagi anak jalanan perempuan, disamping ia menerima sederet karakter yang diberikan masyarakat juga tidak bisa melepaskan diri dari statusnya sebagai perempuan. Sebagai gadis jalanan dengan kodratnya sebagai perempuan (menstruasi, hamil dan melahirkan), ia sangat rentan dengan tindak kekerasan, perkosaan dan pelecehan seksual. Abstraksi ini tidak akan mengupas secara teoritis keberadaan anak jalanan perempuan. Tetapi adalah awal bercerita tentang pergaulan dengan anak-anak jalanan perempuan di Kodya Yogyakarta. Barangkali terlalu jauh kalau diberi label penanganan terhadap anak jalanan perempuan, oleh karena itu bahasa yang kami gunakan adalah berkawan dengan anak jalan perempuan.

Sebagai langkah permulaan untuk berkawan lebih dekat dengan mereka adalah menjalin persahabatan dan pertemanan sebagaimana umumnya terjadi. Adalah hal yang wajar bila kemudian dalam perkawanan, masing- masing terlibat dalam perbincangan diseputar kehidupan mereka, latar belakang mereka, dan peristiwa-peristiwa yang mereka alami. Hingga akhirnya dapat saya ketahui mengapa mereka ke jalanan. Pada umumnya mereka berangkat dari ketidak harmonisan dalam keluarga, percekcokan orangtua, salah satu dari orangtua meninggal sehingga harus menikah lagi, perceraian, situasi kemiskinan, anak kesulitan menyesuaikan diri. Beberapa anak berangkat dari kekecewaan hubungan lawan jenis yang terlanjur. Juga karena pergaulan dengan anak jalanan yang akhirnya membawa mereka ke kehidupan jalanan.

Bagaimana kehidupan mereka di jalan? Mereka menganggap jalanan adalah komunitas mereka, bagian dari kehidupan mereka. Toh demikian, tidak dapat dipastikan juga dimana mereka selalu berada, mereka sering berpindah-pindah tempat. Ada beberapa tempat sebagai alternatif mereka mangkal. Toilet umum didepan Hotel Mutiara, Pom bensin jalan Mangkubumi, Taman kawasan Shopping, alun-alun utara dan Purawisata. Beberapa diantara mereka sering mangkal di Pantai Samas. Pada umumnya mereka dipelihara oleh orang laki-laki atau anak- laki- laki yang hidup disekitar tempat mereka mangkal. Biasanya laki-laki akan membayar makan dan minum gadis-gadis jalanan. Bahkan beberapa dari mereka menawarkan untuk membiayai sekolah bila mereka kembali ke sekolah. Hubungan antara gadis-gadis jalanan dengan laki-laki yang memberi mereka makan, atau yang berstatus pacar tidak menutup kemungkinan terjadinya hubungan seksual. Seks menawarkan dua hal bagi mereka; kenikmatan hubungan dan pemeliharaan.



Dari gambaran singkat mengenai tingkah laku, pola pergaulan di jalanan, pergaulan dengan lawan jenis tersebut, saya mencoba melihat masalah-masalah yang sering dihadapi oleh anak jalanan perempuan adalah:

1. Kekerasan seksual

Hampir seluruh anak jalanan perempuan pernah mengalami pelecehan seksual terlebih bagi anak yang berusia remaja dan tinggal di jalanan. Ketika tidur, kerapkali mereka menjadi korban dari kawan-kawannya atau komunitas jalanan, misalnya digerayangi tubuh dan alat vitalnya. Bentuk kekerasan lain adalah perkosaan. Anak jalanan perempuan juga diketahui rentan menjadi korban eksploitasi seksual komersial yang meliputi prostitusi, perdagangan untuk tujuan seksual dan pornografi. Kasus pornografi terhadap anak jalanan diduga juga terjadi. Namun sejauh ini belum ada data-data yang mengungkapkan hal tersebut.

2. Pergaulan Seks Bebas

Seks bebas telah diketahui publik menjadi bagian dari kehidupan anak jalanan. Berbagai hasil penelitian anak jalanan yang ada semakin memperkuat pandangan semacam itu. Berdasarkan pengalaman selama berinteraksi dengan anak jalanan biasanya anak yang memiliki pengalaman seksual berumur 15 tahun ke atas, namun sebagian dari anak yang berumur dibawah 14 tahun juga sudah ada yang memiliki pengalaman melakukan hubungan seksual. Perilaku seks bebas menyebabkan anak jalanan rentan terhadap ancaman terinveksi PMS dan HIV/AIDS dan bagi anak jalanan perempuan resiko kehamilan menjadi tinggi.

3. Penggunaan drugs

Sebagian besar anak jalanan telah mengkonsumsi minuman keras, pil dan zat-zat adiktif lainnya secara rutin. Ini tidak terbatas pada anak jalanan laki-laki saja melainkan juga anak perempuan. Menurut Huijben (1999), hal yang mendorong mereka mengkonsumsi karena dianggap sebagai jalan keluar dari masalah yang dihadapi. Selain itu sebagian anak menggunakannya untuk menumbuhkan keberanian saat melakukan kegiatan di jalanan.
Ada berbagai cara bagi mereka untuk mendapatkan drugs, seperti membeli, meminta, diberi dan merampas. Pada beberapa kasus, anak mencoba mencari barang-barang yang murah, misalnya mengkonsumsi kecubung dan menghisap lem aica aibon.

itu hanyalah sekelumit kisah tentang anak jalanan perempuan di yogyakarta,,,
bagaimana kita menyikapinya???

untuk dapat memberikan perlindungan dan advokasi yang lebih maksimal terhadap anak jalanan perempuan, program rumah singgah menjadi sangat relevan, tapi dalam pelaksanaannya harus dikelola sebagai suasana sanggar agar aspek psikologis anak merasa nyaman untuk tinggal dan belajar. Melalui Program Rumah Singgah, pola pendidikan dan pembinaan kepada anak jalanan dapat dijalankan secara komprehensif, dan semua materi pendidikan dan pembinaan mengarah pada upaya pencapaian life skill anak. Beberapa hal yang bisa dikembangkan di Rumah singgah adalah sebagai berikut;

- Pendidikan kemampuan asar membaca, menulis dan berhitung

- Pengembangan wawasan umum anak agar memiliki wawasan yang luas sehingga mampu membangun relasi dan berkomunikasi dengan berbagai kalangan

- Pengembangan skill berbasis potensi dan minat anak. Melalui kegiatan ini, anak dibekal dengan sebuah keterampilan khusus yang sesuai dengan potensi dan minatnya, dan dengan keterampilan khusus tersebut dia mampu membangun kemandiriannya. Pengembangan skill ini misalnya, belajar aneka masakan, belajar menjahit, belajar handycraft, dsb
- Pengembangan mental,selain untuk membangun rasa percaya diri, pengembangan mental ini sangat diperlukan agar pola hidup dan prilaku anak tidak berbenturan dengan norma umum. Hal ini dilakukan sebagai upaya rehabilitasi mental mengingat budaya jalanan telah membentuk karakter mereka & mereka tumbuh dan berkembang dlm budaya jalanan tersebut.

banyak diantara kita yang menemui beberapa anak jalanan atau pengamen jalanan yang sekedar meminta2 belas kasihan kita.ada yg mengamen,ada yg meminta2,ada yg bermodalkan lap kecil untuk membersihkan kotornya mobil/motor kita.tapi seakan kita memang agak mengabaikannya,mungkin kita berpikir " masih kecil kok udah minta2,cuma modal kecrekan(alat musik buatan) aja"saya yakin hampir semua ada yg berpikiran begitu,tapi bagaimanapun mereka melakukan itu hanya untuk satu tujuan,yaitu bertahan hidup di kota yogyakarta,,faktor ekonomi lah yang memaksa mereka untuk berbuat seperti itu.

banyak pengamen2 yang memang mempunyai bakat asli di bidang musik,,
contohnya video ini,,coba anda resapi,dan lihat apakah mereka pantas hidup di jalanan???



sumber

0 komentar :

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cheap international calls