Kamis, 02 Agustus 2012

Tari Jepen Pukau Kota Brest, Perancis


Tari Jepen Kutai mampu menarik perhatian pengunjung Brest International Maritime Festival (BIMF) 2012 atau Festival Maritim Internasional yang digelar di dermaga pantai Kota Brest, Perancis, pertengahan Juli 2012.

Siaran pers Humas Pemkab Kutai Kartanegara yang diterima Kamis, menyebutkan bahwa Kegiatan yang berlangsung di pesisir Perancis itu dimeriahkan dengan tampilan kesenian dari lima negara, yang lokasinya tersebar di sepanjang pantai Brest dengan sebutan "Village" atau kampung untuk masing-masing stand negaranya. Ada kampung Norwegia, kampung Meksiko, kampung Maroko, kampung Rusia, dan Kampung Indonesia.

Sanggar Tari Adilla Tenggarong Kutai Kartanegara (Kukar), yang didukung Yayasan Bhakti Total Bagi Indonesia Lestari dan Dinas Kebudayaan dan pariwisata Kukar, didaulat mengisi kampung Indonesia tersebut.

Tari Jepen merupakan seni tradisi masyarakat pesisir Kukar yang dibawakan Sanggar Tari Adilla itu, menampilkan berbagai macam ragam gerak yang ditata dan di kembangkan tanpa mengurangi unsur tradisi aslinya.

Salah satu pentolan sanggar Adilla, Riza mengatakan bahwa setiap mereka tampil, selalu mendapat perhatian antusias dari pengunjung BIMF.

"Kalau kami tampil, pengunjung Kampung Indonesia selalu membludak. Bahkan ada penonton yang mengatakan pada saya atas kekagumannya dengan kesenian Indonesia yang atraktif dan dinamis," ujar Riza saat ditemui, Kamis (2/8).

Dijelaskannya di Kampung Indonesia, tim Sanggar Tari Adilla Kukar yang terdiri 9 orang termasuk penari dan pemusik tersebut, diberi kesempatan untuk mengisi acara mulai dari pukul 10.00 hingga 22.00 waktu setempat.

Dalam aksinya, Sanggar Adilla membawakan beberapa tarian Jepen, diantarnya tari Jepen Selamat Datang, Jepen Lewang Begenjoh, Jepen Selendang, Jepen Rebana dan juga tari Saman dari Aceh.

Secara bergantian, sanggar Adilla tampil dengan tim kesenian dari Semarang yang menyajikan alunan gamelan Jawa, serta tim Samarinda menampilkan Hudoq dan tarian suku Modang lainnya. Uniknya, Kampung Indonesia juga diramaikan dengan dua warga Perancis yang unjuk kebolehan membawakan seni bela diri asli Indonesia, Pencak Silat.

Riza menambahkan, cuaca yang berubah-berubah disertai angin kencang dan suhu yang dingin, membuat tim Indonesia harus menjaga kondisi tubuh, sekaligus memastikan semua peralatan dan kebutuhan tari tetap terjaga, meski pada saat itu di Eropa sedang dalam musim panas. "Padahal disana katanya musim panas, tapi kami merasa tetap lebih dingin," ungkapnya.

Lebih lanjut dikatakannya, proses panjang mulai dari seleksi dan latihan persiapan selama kurang lebih 6 bulan, membuahkan hasil yang sangat maksimal. Terbukti sanggar Adilla mampu menarik perhatian warga negara asing dan mendapat sambutan yang selalu meriah dalam setiap penampilannya.

"Sungguh pengalaman yang sangat berharga dan luar biasa, kami berkesempatan untuk mengenalkan seni budaya nusantara khusunya kesenian Kukar kepada khalayak Internasional," katanya.

Festival tersebut selain menampilkan seni budaya negara peserta, juga mempamerkan berbagai macam jenis kapal-kapal tradisional dan kapal-kapal canggih yang dimiliki masing-masing negara.

sumber kompas.com

0 komentar :

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cheap international calls