Kamis, 02 Agustus 2012

Bangau Raksasa Hidup di Manggara

Para arkeolog dari Pusat Arkeologi Nasional menemukan kerangka burung raksasa dalam kelompok bangau di Situs Liang Bua, Kecamatan Rahong Utara, Kabupaten Manggarai.

Penemuan tersebut hampir bersamaan dengan penemuan kerangka manusia purba Homo Floresiensis atau manusia purba dari Flores, yang mengindikasikan bahwa burung raksasa itu pernah hidup di Manggarai ribuan tahun silam.

"Burung setinggi hampir dua meter, bayangkan kalau burung itu mengepakkan sayap tentu sangat besar. Burung purba itu sudah punah, tetapi dari jenisnya bangau," kata Dr. Bambang Sulis, kepala Pusat Arkeologi Nasional kepada Pos Kupang (Tribun Network) di Gedung Manggarai Convention Center (MCC), Senin (30/7/2012).

Pusat Arkeologi Nasional selama sepekan ini menyelenggarakan pameran arkeologi dari temuannya di Situs Liang Bua. Kerangka manusia purba, Homo Floresiensis, jenis logam yang digunakan Homo Floresiensis yang hidup sekitar 20.000 tahun silam, tulang binatang purba, gajah dan tikus besar juga dipamerkan. Pameran ini diharapkan menarik minat masyarakat untuk menghargai dan melestarikan cagar budaya Indonesia termasuk yang ada di Flores.

Bambang mengatakan, yang ditemukan para arkeolog berupa fragmen-fragmen dari burung purba itu yang kemudian disusun oleh arkeolog untuk direkonstruksi bagi kebutuhan ilmu pengetahuan. Penemuan kerangka burung purba, kata Bambang, merupakan penemuan baru Pusat Arkeologis Nasional.

"Saya anggap ini temuan baru kita yang hampir bersamaan dengan Homo Floresiensis. Itu burung lokal yang tidak ada duanya dan merupakan master peace kita. Bayangkan kalau burung sebesar itu," ujar Bambang.

Karakter burung itu, jelas Bambang, memiliki kelebihan sehingga disebutnya burung perkecualian dari jenis burung yang lainnya, masih dalam kelompok burung bangau. Sayap dan paruhnya sangat kokoh.

Bambang mengaku terperangah dengan penemuan burung purba yang pernah hidup di Pulau Flores dan kebesaran nenek moyang di masa lampau. Dia mengajak masyarakat mencintai dan menghargai semua hasil temuan itu.

Menurut Bambang, semua temuan arkeolog dari Situs Liang Bua akan ditinggalkan di Ruteng agar bisa dinikmati masyarakat setempat. Pemerintah daerah telah memiliki tempat khusus untuk menyimpannya.

sumber kompas.com

0 komentar :

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cheap international calls