Kamis, 29 November 2012

Pentingnya Orang Tua Terhadap Perkembangan Sekolah Anak

Sebuah buku tulis sederhana dibuat sendiri oleh Angelica, 33. Itu bukan sembarang buku, melainkan buku penghubung yang harus dibawa setiap hari oleh putranya, Aqila, 9, yang saat ini duduk di bangku kelas 4 SDN 1 Kebun Besar, Tangerang.


Buku itulah yang menjadi alat penghubung antara dirinya dan guru di sekolah. Langkah tersebut merupakan inisiatif yang dilakukan Angelica sejak putra semata wayangnya duduk di bangku kelas 2 SD.Terutama, saat dirinya mulai menyadari komunikasinya bersama sang buah hati semakin terbatas karena kesibukannya bekerja di luar rumah. Ia ke sekolah hanya untuk pengambilan rapor dan rapat orang tua murid dengan guru.

"Saya inisiatif membuat buku penghubung sendiri. Jadi saya tahu. Saya dan suami semakin sibuk, waktu dengan anak kian terbatas. Cara ini sekaligus untuk mengawasi perkembangannya di sekolah," ungkap perempuan yang berdomisili di Tangerang itu.

Meski terdengar sederhana, langkah yang dilakukan Angelica bekerjasama dengan guru itu cukup efektif dalam memantau tumbuh kembang Aqila. Dalam buku tersebut, guru sering melaporkan perkembangan Aqila di sekolah, mulai pelajaran yang diterima hingga tingkah laku saat di sekolah. Nantinya, laporan guru itu menjadi bahan evaluasi Angelica setiap hari bersama anak semata wayangnya itu saat dirumah.

Pasalnya, karena harus bekerja, sehari - hari Angelica memiliki waktu terbatas dengan anaknya. Harus bekerja pagi dan pulang sore hari membuat dirinya hanya memiliki waktu sekitar 4 jam perhari dengan anaknya. Komunikasi yang terbatas dan haus akan perhatian membuat Aqila terkadang berubah menjadi anak yang manja dan cepat ngambek.

Alhasil, sebisa mungkin di tengah kelelahan seusai bekerja, Angelica meluangkan waktu 30 menit untuk fokus membicarakan sekolah bersama anaknya. "Saya cek ada PR atau enggak, cek perlengkapan sekolah, tanya teman - teman di sekolah dan lainnya. Sambil makan dan ngobrol santai. Jadi, biar kedua orang tua bekerja, dia tetap harus tahu bahwa sekolah itu penting dan orang tuanya tetap memperhatikannya," jelas Angelica.

Profesi sebagai asisten guru di sebuah sekolah internasional di Jakarta membuat Angelica mengetahui betul pentingnya perhatian di rumah bagi anak - anak yang orang tuanya sibuk bekerjadi luar. Dari kacamata pendidik, Angelica mengaku sering menghadapi anak - anak yang orang tuanya begitu sibuk bekerja. Alhasil, anak - anak menjadi terbengkelai dan menyerahkan sepenuhnya bimbingan ke sekolah.

Para murid usia belia tersebut bahkan kadang hanya bertemu dengan orang tua beberapa bulan sekali karena sibuk bekerja di luar negeri. Ia pun pernah menghadapi kasus ketika pihak sekolah disalahkan orang tua atas nilai - nilai murid yang jelek, padahal si anak justru memerlukan bimbingan spesial. Kondisi tersebut, paparnya, menunjukkan bahwa orang tua terlalu menyerahkan sepenuhnya ke sekolah, padahal orang tua memiliki kewajiban untuk membimbing anak di sekolah.

"Anak yang kurang perhatian ini terkadang sulit untuk dikendalikan dan tertutup. Karena merasa orangtuanya lebih cuek, ia pun bisa tidak peduli dengan sekolah. Jadi meski waktu kerja menyita, perhatian kepada anak harus diutamakan," ungkap Angelica.

Hal senada juga dilakukan Aisyah, 57, terhadap putri bungsunya, Risa, yang saat ini duduk di bangku kelas 3 di SMAN 51 Jakarta Timur. Meski Risa sosok putri yang mandiri, Aisyah tidak pernah melepaskan perhatiannya dalam mengawasi putrinya tersebut.

Aisyah memiliki keterbatasan waktu dalam berkomunikasi dengan putrinya. Namun, ia selalu mencoba memberikan perhatian ke putrinya di tengah waktunya yang terbatas. Kondisi itu terus berlangsung hingga kini ia telah pensiun.

Perempuan pensiunan pegawai negeri sipil itu selalu menyempatkan diri untuk mengobrol bersama putrinya sepulang sekolah di rumah, mulai masalah sekolah, mengawasi pekerjaan rumah, hingga pertemanan putrinya di sekolah. Ia pun sering memberikan pengertian kepada anaknya jika ada kesalahpahaman Risa dengan guru di sekolahnya.

"Biar sederhana, harus dilakukan. Itu merupakan bentuk tanggung jawab ibu ke anak - anaknya. Jika ada keluhan anak, kita bisa mencoba memperbaikinya. Dengan memberikan perhatian semacam itu, bisa memberikan semangat kepada mereka," kata dia.

0 komentar :

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cheap international calls