Salah satu persoalan bagi masyarakat di perkotaan adalah sampah, karena jumlahnya yang setiap hari semakin banyak. Di sisi lain, tempat pembuangan akhir (TPA) kapasitasnya terbatas.
Begitu juga dengan kota kudus yang dikenal sebagai kota industri. Kudus pun dihadapkan pada problem yang sama. Setiap hari paling sedikitnya sampah yang berasal dari rumah sakit, pasar, jalan umum, perusahaan dan rumah tangga mencapai 400 meter kubik atau sekitar 120 ton.
Sampah sebanyak itu lalu diangkut ke TPA di Desa Tanjungrejo, Kecamatan Jekulo, menggunakan beberapa truk sampah milik Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang (Cikataru) Kudus.
"Saat ini kami mencoba untuk menanggulangi masalah itu dengan mengoperasikan "Incinerator", yaitu mesin pembakar sampah dengan temperatur tinggi. Meski belum mampu menuntaskan masalah, karena alat yang ada hanya berkapasitas lima ton perhari," Tutur Kepala Dinas Cikataru Kudus, Hari Triyogo saat ditemui di ruang kerjanya.
Mesin pembakar sampah berteknologi tinggi, ekonomis, efektif dan ramah lingkungan ini ditempatkan di Desa Loram Wetan, Kecamatan Jati atau sekitar 300 meter selatan Stadion Wergu Wetan.
Menurut Hari Triyogo, mesin pembakar sampah beserta gedung senilai Rp 3,4 Miliar ini, dilengkapi dua peralatan penangkap debu. Khusus untuk debu halus ditangkap dengan alat "pulse cloth bag dust collector". Sementara debu kasar dengan alat "cyclon dust collector". "Abu sisa dari debu hasil tangkapan ditampung dan dapat dimanfaatkan untuk pupuk," tuturnya.
Ia menambahkan, persoalan sampah ini sedikit terbantu jika saja masyarakat Kudus mau memilah jenis sampah dan lokasi pembuangannya. "Jika itu terwujud, maka dapat menjadi budaya sehat dan lingkungan yang bersih," ujar Heri.
0 komentar :
Posting Komentar