Jumat, 23 November 2012

Lomba Menggambar Batik Diikuti Para Manula

Sembari dahinya mengerut, Mbah Sutris terus saja memandangi kanvas berukuran 40 x 40 cm yang dipegangnya. Begitu seterusnya, dia hanya memandang sembari sesekali matanya melirik ke atas seperti sedang berpikir.


Hampir lima menit lebih kanvas itu didiamkannya. Cat warna - warni di sampingnya belum juga disentuh oleh pria berusia 75 tahun ini. Sepertinya saat itu, dia sedang dirundung kebingungan hendak menggambarkan apa di kanvas putih itu.

Mbah untung tidak kalah bingung. Peci di kepalanya yang semula lurus sudah mulai menceng karena terus dipegangnya. Dahinya tidak kalah mengerut. Meskipun sesekali dia sudah memberanikan diri mencorat - coret kanvas itu dengan kuas, entah apa yang sedang dia gambar.

Tidak jelas karena hanya garis tebal dan tipis. Bagi orang yang tahu lukisan mungkin menyebutnya sebagai lukisan abstrak karena secara kasat mata tidak begitu jelas bentuknya. "Gambar apa mbah?" tanya seorang panitia. "Wah mboten ngertos niki, bingung", (wah tidak tahu ini, bingung), katanya lirih sembari tersenyum menunjukkan gigi ompongnya.

Hingga waktu melukis hampir usai, panitia mengumumkan waktu tinggal lima menit lagi. Padahal, kakek nenek yang jumlahnya tidak ada sepuluh itu belum ada satu pun yang menyelesaikan pekerjaannya.

Para lansia ini makin panik begitu waktu hampir habis. Ada yang melukis apa adanya, entah membentuk apa, ada pula yang nekat menggambar dengan tangan dan meninggalkan kuasnya. "Kesuwen", (kelamaan), kata seorang nenek sembari menggambar dengan jari telunjuknya.

"Selesai", kata seorang panitia sembari meminta para peserta mengumpulkan hasil lukisannya. Hampir semua tidak berbentuk. Ada yang menggambar burung tapi hanya pohonnya saja. Ada juga yang hanya membuat bulatan - bulatan warna - warni memenuhi seluruh isi kanvas. Sontak kelucuan itu membuat sejumlah warga yang menonton terbahak - bahak.

Ketua Komunitas Seniman Borobudur Indonesia (KSBI) Umar Khusaeni mengatakan lomba ini dibagi ke dalam dua kategori yakni untuk anak - anak dan manusia lanjut usia (manula). Mereka yang boleh ikut adalah warga yang tinggal di sekitar lereng Perbukitan Menoreh. Acara ini sendiri merupakan kerja sama antara KSBI dengan Menoreh Fondation dan Dusun Menoreh Villa's.

Khusus untuk kategori manula, peserta harus berusia diatas 70 tahun. Lomba ini dimenangkan oleh Mbah Sutris dan juara kedua dimenangkan Mbah Untung, 80. Mbah Sutris menggambar batik bermotif bunga tempel sedangkan Mbah Untung melukis batik Gatotkaca meskipun hasil lukisannya tidak mirip - mirip amat dengan Gatotkaca.

"Peserta manula ada yang berusia 85 tahun. Kami memilih peserta anak - anak dan manula untuk membangkitkan semangat nasionalisme bangsa kita, terutama kebanggaan mengenakan batik," tandas Umar.

Umar mengatakan, ada banyak hal yang unik dalam acara ini. Misalnya, pihaknya sudah menyediakan kuas namun para manula lebih suka melukis dengan menggunakan tangan. Dia berharap momen harkitnas akan menjadi pintu masuk kebangkitan batik di Magelang.

Manajer Dusun Menoreh Villa's Dian Febriani mengatakan pihaknya mengundang 500 anak - anak di perkampungan sekitar Gunung Menoreh serta ratusan warga d3w4s4. "Melukis dan membatik adalah kegiatan yang sangat digemari masyarakat. Kita ingin dua hal ini tetap lestari sehingga perlu terus menerus disosialisasikan," ungkap Dian.

Dian mengatakan bahwa bangsa Indonesia harus bangga dengan kekayaan budayanya seperti batik. "Ini warisan nenek moyang kita. Kita berkewajiban melestarikan batik. Jangan sampai batik diklaim bangsa asing," tandas dia.

0 komentar :

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cheap international calls