Minggu, 25 November 2012

Wanita Menikah Dengan Pria Bule

Perempauan dengan pasangan berbeda negara dan budaya memiliki tantangan lebih besar dalam membina harmoni ketimbang pasangan lainnya. Konsultan pernikahan Indra Noveldy mengungkapkan komunikasi dan bahasa berpotensi menimbulkan konflik di awal hubungan.


"Contohnya, orang barat dikenal dengan budaya blak - blakan dan apa adanya, sementara biasanya disini orang biasanya berbicara tidak langsung alias tersirat," kata Indra.

Tantangan kedua, pandangan pasangan akan definisi keluarga. Bagi masyarakat dari kultur barat, keluarga terdiri dari suami, istri dan anak. Disini, menikah berarti siap berinteraksi dengan keluarga besar pasangan.

Di Indonesia, kapanpun keluaraga datang akan disambut dengan tangan terbuka. Di barat, hal itu bisa dianggap melanggar privasi.

"Di barat, anak 17 tahun dianggap harus bertanggung jawab dan d3w4s4. Sementara disini, umur berapa pun biasanya kita akan meminta pendapat orang tua. Ini potensial konflik, karena di barat, setelah menikah, keluarga tidak boleh ikut campur. Intervensi keluarga bisa menjadi masalah jika tidak ada saling pengertian," jelasnya.

Tak kalah penting yaitu pola pengasuhan anak dan status kewarganegaraan anak. Misalnya, jika di masa mendatang perceraian tak bisa dielakkan, status anak berpotensi jadi masalah.

Bagi perempuan yang menikah dengan warga negara asing dan hidup terpisah atau menjalani long distance relationship, Indra menyarankan agar sebisa mungkin pada tahun pertama pernikahan, kondisi itu dihindari.

"Karena akan lebih berisiko. Pasalnya, tahun pertama merupakan golden moment untuk saling kenal. Jika terpaksa terpisah dulu, komunikasi intensif harus terus dijalankan. Para wanita yang menikah dengan pria beda negara dan budaya harus lebih siap mental dan lebih bekerja keras dalam penyesuaian dan mengerti pasangannya, tapi bukan lantas mengalah.

0 komentar :

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cheap international calls