Pemuda Australia yang tewas di Suriah ternyata menjadi korban keganasan penembak jitu (sniper) kelompok pemberontak di Suriah. Ia tewas ditembak dibagian kepala setelah sempat dikepung dalam waktu yang cukup lama. Rincian detil dari kematian Caner Temel ini diungkapkan salah seorang anggota kelompok militan jaringan Al Qaeda kepada ABC.
Salah seorang anggota kelompok dari Organisasi Negera Islam Irak dan Mediterania Timur (ISIS), yang terdaftar sebagai kelompok teroris oleh Australia, memberikan keterangan rinci pertama kepada ABC mengenai kematian Caner Temel.
Anggota ISIS yang menggunakan nama samaran Abu Hafs mengatakan Temel ditembak oleh kelompok pemberontak yang tidak terlalu ekstrim saat ia dan sekelompok kecil rekan seperjuangannya  mencoba melarikan diri dari pengepungan selama 10 hari di pinggiran kota Sareqeb, selatan Aleppo dan timur Idlib.
"Mereka mengepung Temel dan rekan-rekannya di dalam kota. Mereka bertempur selama 10 hari dan melawa n lebih dari 100 orang yang memiliki tank dan artileri,â katanya.
"Di hari terakhir sebelum ditarik mundur, dini hari seorang sniper menembaknya dibagian kepala.â
Tubuh Temel kemudian dibakar di dekat lokasi pertempuran.
Abu Hafs yang membantu merekrut Temel bergabung dengan ISIS mengatakan kalau Temel cukup disukai karena ramah dan murah senyum.
Menurutnya Bahasa Arab Temel tidak terlalu baik sehingga komandannya banyak mengajarkan dia bahasa Arab seperti warga asing lainnya. Temel banyak ditugaskan melakukan penjagaan.
Abu Hafs mengatakan Temel yang juga dikenal sebagai Abu Moussa banyak menghadiri pelajaran agama islam dan begitu juga pelatihan senjata.
"Abu Moussa mengaku hidup berkecukupan di Australia. Dia memiliki segalanya yang dia butuhkan, Tapi dia tidak pernah merasa senyaman ketika berada di Suriah meskipun harus pergi berjuang,â tuturnya.
Kematiannya hanya berselang beberapa hari dengan kematian pria asal Sydney Yu suf Ali dan isterinya di dekat Aleppo.
Temel tinggal di Sydney Barat sebelum bepergian ke Suriah.
Sebelumya kepolisian Sydney juga telah menankap seorang pria lainnya bernama Hamdi al Qudsi atas tuduhan membantu ke4 warga Negara Ausrtalaia itu terbang ke Siraemel dan 5 orang lainnya [ergi bejuang ke ASurian tahun lalu.
Negara Islam Irak dan mediterania Timur (ISIS)
Organisasi Negara Islam Iran dan Mediterania Timur (ISIS) muncul sebagai kekuatan utama dan disebut-sebut bakal menjadi organisasi pengganti Al Qaeda.
Abu Hafs mengatakan Temel bergabung dengan organisasi yang masih memiliki kaitan dengan Al Qaeda yakni Jabhat al-Nusra.
Setelah membuktikan kemampuannya di lapangan pertempuran dia bergabung dengan ISIS- kelompok militan paling ekstrim yang sangat dekat berafiliasi dengan AlQaeda yang juga beroperasi di Suriah.
Namun kelompok yang sedikit kurang ekstrim berbalik arah memerangi ISIS dan Abu Hafs mengatakan te mel menjadi korban pertempuran antar faksi di Suriah tersebut.
Abu Hafs mengatakan Temel berangkat ke Suriah untuk membantu saudara muslim melawan pemerintahan Bashar al-Assad dan itu alasan dia menjawab seruan untuk ikut berperang.
Itu adalah seruan serupa yang digunakan kalangan ekstrimis untuk menyerang pemerintahan Barat.
Mereka menilai negara barat menekan negara muslim di Negara-negara seperti Australia dan menyerang muslim di Iraq dan Afghanistan.
Inilah salah satu alasan yang dikhawatirkan otoritas kontra-terorisme Australia mengenai kemumgkinan yang terjadi jika para pejuang itu pulang ke Australia.
Tapi Abu Hafs mengambil pandangan yang berbeda.
Â
"Australia tidak menyakiti saya atau orang-orang muslim dan mereka tidak melawan saya," katanya.
"Ini bukan kepentingan saya untuk melawan Australia. Saya hanya melawan orang-orang yang melawan saya."
Abu Hafs telah membantu pemuda Australia lainnya bergabung dengan per ang di Suriah. Dia tidak akan berbicara tentang mereka, tetapi dia bersikeras mereka tidak akan risiko jika mereka kembali ke rumah.
0 komentar :
Posting Komentar