Selasa, 21 Januari 2014

Penghasilan dari balik terali penjara lewat perca

Penghasilan dari balik terali penjara lewat perca

jahit perca

Tahanan di Lapas Wanita Bandung mulai memproduksi kerajinan dengan perca sejak dua tahun lalu.

Sejumlah narapidana di lembaga pemasyarakatan Bandung membuat berbagai produk dengan menggunakan kain perca batik dalam dua tahun terakhir ini.

Pelatihan selama kurang lebih satu bulan pada awal 2012 lalu oleh tim Kraviti -usaha perca yang digagas Titin Agustina- membuahkan hasil.

Sejauh ini tujuh tahanan yang mengikuti pelatihan telah memproduksi sejumlah kerajinan termasuk dompet, tempat telepon seluler, taplak meja hingga kain perca.

Karya warga binaan ini dijual melalui online serta berbagai pameran yang diikuti Kraviti dengan hasil premi yang dimasukkan ke buku tabungan mereka.

Titin mengatakan usaha perca dengan melilbatkan Klik tahanan di Lapas Kelas II A Bandung ini bermula dari keprihatinannya mendengar banyak tahanan yang masuk penjara lagi kerena tidak memiliki ketrampilan dan penghasilan.

Ratna Meldia dan Noneng Siti Kuraesin termasuk di antara binaan yang sudah mahir mengerjakan produk dari perca batik ini.

Ratna menyambung perca batik ini dengan mengobras untuk dijadikan kain perca sepanjang dua meter, yang dapat dibuat baju atau rok.

Menabung

"Mengobras untuk dijadikan kain perca memerlukan ketrampilan dan ketelitian. Ratna yang paling terampil untuk melakukannya," kata Titin.

Ratna Meldia

Ratna Meldia memperlihatkan karya jahitannya berupa kain perca sepanjang dua meter.

"Produk ini memang memerlukan keahlian khusus, sehingga mereka yang berminat beli memang tertarik bukan karena kasian kepada tahanan," tambah Titin.

Melalui kerajinan ini, Ratna mengatakan bisa menabung Rp700.000 satu bulan yang sebagian diberikan kepada putranya.

Sementara yang dihasilkan Noneng adalah taplak meja yang dijahit dengan perca ukuran empat kali empat sentimeter.

"Perca-perca ini kami kirimkan dalam bentuk kantung-kantung dan sudah dikelompokkan berdasarkan warna, dan juga rancangannya, sehingga warga binaan tinggal mengikuti pola," kata Yufie Kartaatmadja, desainer produk Kraviti.

Rosnaida, Kepala Lapas Wanita Kelas II A, Bandung, mengatakan latihan ketrampilan yang diikuti para tahanan sangat membantu untuk menghabiskan waktu dan juga bekal saat dibebaskan.

Penghasilan dari penjara

Ia mengatakan ketrampilan melalui Kraviti ini merupakan salah satu dari sejumlah kerja sama dengan perusahaan dan unit usaha lain.

"Yang utama adalah keterampilan ini sebagai bekal untuk percaya diri saat kembali ke masyarakat dan juga penghasilan yang mereka simpan di buku tabungan," kata Rosnaida.

Bagi Kraviti, Titin merencanakan untuk mengembangkan kelompok warga binaan baru di lembaga pemasyarakatan lain.

Ia mengatakan omset usaha perca ini mencapai Rp130 juta tahun lalu termasuk hasil penjualan melalui online dan sampai ke Australia dan Belanda.

"Kegiatan ini menggambarkan bahwa melalui bahan-bahan buangan atau perca, mereka yang dipandang sebelah mata oleh masyarakat tetap ada harapan untuk menjadi bernilai melalui sebuah karya dan produk," kata Titin.



Powered By WizardRSS.com | Full Text RSS Feed | RFID | Amazon Affiliate
BBCIndonesia.com | Majalah

0 komentar :

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cheap international calls