Pakar vulkanologi mengatakan letusan Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, masih jauh lebih kecil dibandingkan letusan Merapi di Yogyakarta pada 2010 lalu.
"Letusan tidak besar, tinggi asap letusan Merapi bisa mencapai 17km dengan material berat, Sinabung maksimal Klik hanya 10km dan dominan abu. Awan panas merapi bisa 15 km, Sinabung hanya 4,5 km," kata pakar vulkanologi, Surono, kepada wartawan BBC Indonesia, Christine Franciska.
"Sementara itu, material yang ditumpahkan Merapi sebanyak 150 juta meter kubik, tetapi sampai 20 Januari Sinabung baru mengeluarkan 2,4 juta meter kubik."
Namun, erupsinya menjadi masalah karena penduduk bermukim terlalu dekat dengan puncak gunung. Ini berbeda dengan Merapi yang dalam radius itu tidak ada pemukiman.
Sinabung yang selama empat abad tidak meletus tampaknya membuat warga nyaman bermukim di kisaran radius lima kilometer. Padahal dengan statusnya yang masih aktif, Sinabung bisa meletus sewaktu-waktu.
"Ada 17 desa dan dua dusun di radius lima kilometer. Ini masalah tata ruang yang terlalu dekat," kata Surono.
"Maka harus dipecahkan warga yang permukimannya di radius empat sampai lima kilometer. Saya harap dalam jangka panjang tidak kembali lagi ke sana. Daerah itu cocok untuk pertanian, tapi bukan untuk permukiman," sambung Surono.
'Berbulan-bulan'
"Ada gunung yang meletus cepat selesai dan besar. Ada juga yang lama tidak berhenti, Gunung Lokon itu sudah dua tahun kadang-kadang masih keluar."
Hendrasto
Terkait lamanya Klik erupsi Gunung Sinabung, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Hendrasto mengatakan tiap gunung memang memiliki karakteristik yang berbeda-beda.
"Ada gunung yang meletus cepat selesai dan besar. Ada yang lama tidak berhenti, Gunung Lokon itu sudah dua tahun kadang-kadang masih keluar," katanya.
"Sinabung ini belum tahu, karena catatan soal berama lama Sinabung tidak aktif belum banyak diketahui."
Gunung di Kabupaten Karo ini tercatat erupsi pada 2010 lalu, dan kemudian kembali menunjukan aktivitasnya pada September 2013 hingga Januari 2014.
Para peneliti terus mengamati perilaku Sinabung, namun mengatakan tidak bisa mengetahui kapan erupsi akan selesai.
Surono mengatakan dalam penelitian vulkanologi, penting untuk mengutamakan keselamatan manusia.
"Di Indonesia dengan empat juta penduduk yang tinggal di daerah rawan bencana, penelitian apa pun tanpa dikaitkan dengan upaya penyelamatan manusia akan menjadi percuma," ujar Surono.
0 komentar :
Posting Komentar