Buaya Philipina, spesies satwa paling terancam punah di dunia mendapat dukungan dari aktifis penyelamat lingkungan di Melbourne, Australia.
Kebun Binatang Melbourne saat ini menjadi rumah bagi dua buaya Philipina dewasa yang dipelihara dengan tujuan pembiakan.
Pihak pengelola kebun binatang berusaha mengawinkan kedua buaya tersebut. Namun upaya itu tidak mudah dan sangat beresiko bagi petugas, mengingat satwa reptil tersebut terkenal sangat agresif terhadap satu sama lain.
"Ketika awal kami letakan di dalam kandang yang sama, buaya jantan sangat agresif dan mengejar-ngejar buaya betina yang membuat betina itu ketakutan dan lari menjauh dari buaya jantan,â kata penjaga reptil di Kebun Binatang Melbourne, Damian Goodall.
"Tapi begitu buaya betina siap dibuahi, dia akan mengajari buaya jantan sopan santun dalam perilaku buaya yang hendak kawin,â katanya.
Peningkatan perilaku itu terlihat dari kelahiran buaya Philipina pertama, Tessa, d i Kebun Binatang Melbourne pada awal tahun ini.
Goodall mengatakan kepada Australia Network, Tessa telah menjadi bayi buaya atau tukik yang sehat dengan nafsu makan yang baik.
Buaya Philipina telah dinyatakan sebagai satwa yang paling terancam punah sejak lebih dari dua puluh tahun yang lalu.
Habitat asli mereka terletak di kawasan konflik di Propinsi Mindanao Selatan, dimana pasukan pemerintah dan pemberontak separatis kerap terlibat pertempuran dalam perang sipil yang sudah berlangsung selama puluhan tahun terakhir.
Kondisi ini tidak memungkinkan kalangan penyelamat satwa menjangkau habitat asli buaya tersebut.
Kawasan lain yang memiliki populasi buaya tinggi di Philipina adalah di kawasan Pulau Luzon.
Sejak 1990-an, Kebun Binatang Victoria bekerjasama dengan pemerintah Philipina untuk menghentikan kepunahan spesies buaya tersebut di alam liar.
Staf di Kebun Binatang Melbourne berangkat ke Philipina untuk bermitra dengan organisasi lokal, Yayasan Mabuhay.
"Upaya seperti mendanai kegiatan mereka dalam memonitor buaya di alam liar dengan melibatkan masyarakat setempat, membangun penangkaran dan upaya lainnya sangat penting,â kata Chris Banks, manager Kemitraan Internasional di Kebun Binatang Victoria.
Kerjasama panjang antara institusi Kebun Binatang Victoria dengan buaya Philipina sudah berjalan sejak 20 tahun yang lalu,  dan telah memberikan banyak saran dan masukan di dalam upaya mengkonservasi satwa ini.
"Yayasan Mabuhay memiliki program konservasi yang dilakukan sejak sebuah telur buaya diletakan di dalam lubang oleh betina buaya liar,â jelasnya.
"Kemudian telur itu dibiarkan menetas, setelah itu bayi buaya itu dirawat di penangkaran untuk dibesarkan hingga mereka memiliki panjang antara 1 meter  sampai 1,5 meter. Buaya-buaya itu kemudian dilepaskan di area yang dilindungi,â papar Banks.
Upaya ini telah berhasil mendongkrak populasi buaya Philipina di alam li ar dari sebelumnya hanya kurang dari  20 buaya dewasa menjadi ada sekitar 150 ekor di awal tahun 90-an.
Kesuksesan ini telah menaikan harapan kalau buaya Philipina itu akan kembali menguasai sungai-sungai di tanah asalnya.
0 komentar :
Posting Komentar